Selama ini kebanyakan peralatan ICT seperti halnya komputer yang ada di sekolah masih sekedar dimanfaatkan sebagai alat untuk mengerjakan administrasi guru atau administrasi sekolah lainnya. Kondisi tersebut sangat terasa di Sekolah Dasar yang hanya memiliki 1 atau 2 komputer saja. Begitu salah satu topik hangat yang dibahas dalam Seminar Nasional Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran seri managemen kelas komputer terbatas baru-baru ini yang dihadiri oleh 700 guru yang berada di wilayah Kedu.
Abad 21 ini kita telah berada pada era digital. Maka sudah menjadi hukum alam, bahwa barang siapa yang mengalami era itu mau tidak mau harus mengalaminya. Proses mengalami era digital sebenarnya merupakan hal yang Sangat mudah bagi generasi yang memang dilahirkan di era digital ini. Saat mereka lahir dengan segala fasilitas yang ada dan mengalir saja sesuai arus yang ada, mereka akan bisa menjadi generasi digital. Mereka ini yang Semarang disebut generasi Native digital.
Namur demikian bagi para guru yang dilahirkan pada era tahun 1970-an sebenarnya tidak dilahirkan dalam era digital. Generasi ini perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang ada. Kalau tidak melakukan upaya menyesuaikan diri, bisa dipastikan mereka akan tergilas oleh perputaran zaman. Mereka inilah yang kemudian disebut urban digital.
Dalam menyongsong era digital ini sudah banyak sekolah yang memperlengkapi fasilitasnya dengan berbagai alat ICT seperti: komputer, foto digital, handycam, dan laian sebagainya. Namun sangat disayangkan keberadaan fasilitas ICT tersebut belum banyak dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain alat-alat ICT yang ada di sekolah belum cukup banyak bisa dirasakan oleh anak didik dalam membantu proses pembelajarannya.
Keterbatasan fasilitas yang ada tersebut dirasakan sulit bagi guru untuk memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Apalagi jika pembelajaran yang dilakukan menuntut agar siswa bisa aktif. Banyak anggapan bahwa pembelajaran dengan ICT yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan fasilitas 1: 1. Artinya jika ada 40 siswa, maka pembelajaran menjadi efektif jika disediakan pula 40 komputer atau 40 alat-alat ICT lainnya. Pandangan tersebut tidak seluruhnya benar. Berdasarkan penelitian belajar ICT yang paling efektif justru digunakan secara berkelompok antara 2-3 anak untuk 1 komputer. Bagaimana teknik pengelolaan kelas agar teknologi yang terbatas tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang tetap mengaktifkan siswa?
Model-model pengelolaan kelas teknologi terbatas.
Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:
Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar? Bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa — dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.
1. Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
2. Model Navigator (The Navigator Model)
3. Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
4. Model Para Ahli (The Expert Model)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar